Facing Confusion

posted in: Sermon | 0

Hab 1:12-17 | Pdt. Paulus Surya

Habakkuk’s Second Complaint (Listen)

12   Are you not from everlasting,
    O LORD my God, my Holy One?
    We shall not die.
  O LORD, you have ordained them as a judgment,
    and you, O Rock, have established them for reproof.
13   You who are of purer eyes than to see evil
    and cannot look at wrong,
  why do you idly look at traitors
    and remain silent when the wicked swallows up
    the man more righteous than he?
14   You make mankind like the fish of the sea,
    like crawling things that have no ruler.
15   He brings all of them up with a hook;
    he drags them out with his net;
  he gathers them in his dragnet;
    so he rejoices and is glad.
16   Therefore he sacrifices to his net
    and makes offerings to his dragnet;
  for by them he lives in luxury,
    and his food is rich.
17   Is he then to keep on emptying his net
    and mercilessly killing nations forever?

Dari bagian ini kita dapat belajar suatu kebenaran penting yaitu saat menghadapi masalah kehidupan yang membingungkan, sebagai orang beriman kita tetap dapat berespon dengan benar. Bagaimana berespon secara benar terhadap masalah kehidupan yang membingungkan?

Ingat siapa Allah
Ayat 12 mencatat Habakuk mengingat siapa Allahnya, yaitu Everlasting God (“Dari dahulu Allahku, yaitu Allah yang tidak pernah salah memimpin jalannya sejarah.”) Habakuk juga mengingat Allah sebagai “Yang Maha Kudus”, Allah yang berdaulat yang menetapkan bangsa Kasdim untuk menghukum Israel, dan juga “Gunung Batu” yaitu Allah
sebagai penyelamat dan pelindung.

Berdoa dengan jujur
Allah yang tidak pernah salah bukan membuat umatNya tidak boleh mengeluarkan pergumulannya kepadaNya. Ayat
13, 16 & 17 mencatat Habakuk mengeluarkan keluhan dari hatinya dan bertanya kepada Tuhan mengapa Ia
menghukum Israel dengan memakai bangsa Kasdim yang lebih jahat dari umatNya? Di sini kita dapat melihat bahwa
Tuhan kita adalah Tuhan yang menjadi tempat pengaduan kita.

Menyadari ketidak-berdayaan manusia
Ayat 14-15 menggambarkan manusia itu lemah seperti ikan di laut yang mudah untuk ditangkap dengan kail dan pukat. Di sini intinya kita dapat belajar bahwa manusia tidak dapat menolong dirinya sendiri. Kita mutlak perlu bersandar kepada Tuhan. Kelancaran hidup seringkali membuat kita lupa kelemahan kita. Oleh sebab itu Tuhan seringkali mengizinkan adanya kesusahan dan penderitaan agar kita ingat ketidak-berdayaan kita dan bersandar kepadaNya.

Ringkasan kotbah Pdt. Paulus Surya, 3 Juli 2022